TINDAKAN KEMOTERAPI
A. Pengertian
Kemoterapi adalah penggunaan zat
kimia untuk perawatan penyakit. Dalam penggunaan modernnya, istilah ini hampir
merujuk secara eksklusif kepada obat sitostatik yang digunakan untuk merawat
kanker.
Sitostatika adalah suatu pengobatan
untuk mematikan sel – sel secara fraksional ( fraksi tertentu
mati), sehingga 90 % berhasil daan 10 % tidak berhasil.
Kemoterapi
adalah suatu cara pengobatan kanker yang sudah teruji, meski pun tidak dapat
dihindari adanya efek samping. Penelitian-penelitian yang professional tentang
kemoterapi dapat dimanfaatkan untuk pengobatan kanker dan mengeliminasi efek
samping yang terjadi
B. Tujuan
Kemoterapi
·
Meringankan gejala
·
Mengontrol pertumbuhan sel-sel kanker
C. Manfaat Kemoterapi
Sampai
saat ini tidak semua kanker mendapat manfaat dari kemoterapi.
Berikut
ini rincian beberapa manfaat kemoterapi pada berbagai jenis kanker.
1. Kemoterapi
sangat bermanfaat (karena dapat sembuh atau hidup lama).
a. Penyakit
Hodgkin
b. Non
Hodgkin limfoma jenis large sel
c. Kanker
testis jenis germ sel
d. Leukemia
dan limfoma pada anak
2. Kemotarapi
bermanfaat (karena dapat dikendalikan cukup lama, kadang-kadang sembuh)
a. Kanker
payudara
b. Kanker
ovarium
c. Kanker
paru jenis small sel
d. Limfoma
non Hodgkin
e. Multiple
Mieloma
3. Kemoterapi
bermanfaat untuk paliatif (dapat mengulang gejala)
a. Kanker
Nasofaring
b. Kanker
Prostat
c. Kanker
Endometrium
d. Kanker
Leher dan Kepala
e. Kanker
Paru jenis non small sel
4. Kemoterapi
kadangkala bermanfaat
a. Kanker
Nasofaring
b. Melanoma
c. Kanker
usus besar
Mengingat keterbatasan manfaat
kemoterapi, maka digunakan kombinasi dengan cara pengobatan lain untuk
mengambil masing-masing manfaat, yaitu:
a. Kemoterapi
adjuvant, ialah kemoterapi yang diberikan sesudah operasi.
Manfaatnya mengurangi kekambuhan
lokal dan mengurangi penyebaran yang akan timbul.
b. Kemoterapi
neo adjuvant ialah kemoterapi yang diberikan sebelum operasi.
Manfaatnya adalah mengurangi ukuran
tumor sehingga mudah dioperasi.
c. Kemoterapi
paliatif diberikan hanya untuk mengurangi besarnya tumor yang dalam hal ini
karena atau lokasinya menggangu pasien karena nyeri ataupun sulit bernafas.
D. Cara
Pemberian Obat Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pengobatan
sistemik, sebagian besar diberikan dengan cara injeksi kedalam pembuluh vena,
sebagian kecil dapat berupa tablet atau capsul dan kadang-kadang ada yang
diberikan subcutan atau suntik dibawah kulit, serta intratekal (diinjeksikan
kedalam system syaraf) jarang sekali yang disuntikan ke otot. Apabila pasien
diberikan suntikan intravena, seringkali digunakan kateter atau selang plastik
kedalam vena untuk mencegah kerusakan vena serta mempermudah injeksi.
Kemoterapi diberikan secara siklit, dapat secara mingguan, dua mingguan 3-4
mingguan. Pasien mendapatkan kemoterapi dosis tinggi diberikan dalam unit rawat
inap. Kondisi pasien juga menentukan apakah dapat diberikan dirawat jalan atau
rawat inap.
E. Syarat
Pemberian Obat kemoterapi
Sebelum pengobatan dimulai beberapa
kondisi pasien harus dipenuhi yaitu :
1. Keadaan umum harus cukup baik
2. Penderita mengerti pengobatan dan
mengetahui efek samping yang akan terjadi
3. Faal ginjal ( kadar ureum < 40 mg
% dan kadar kreatinin < 1,5 mg % ) dan faal hati baik
4. Diagnosis hispatologik diketahui
5. Jenis kanker diketahui sensitif
terhadap kemoterapi
6. Hemoglobin > 10 gr %
7. Leucosit > 5000 / ml
8. Trombosit > 100.000 / ml
F.
Prinsip
kerja Kemoterapi
Prinsip kerja Kemoterapi
adalah membunuh sel-sel yang cepat berkembang biak (terutama sel-sel
kanker) dengan merusak atau mengganggu proses pembelahan sel.
G. Prosedur Pelaksanaan Kemoterapi
1. Persiapan
a. Sebelum diberikan kemoterapi maka
harus dipersiapkan ukuran TB, BB, luas badan, darah lengkap, fungsi ginjal,
fungsi liver, gula darah, urin lengkap, EKG, foto thorax AP/lateral,
Ekokardiografi, BMP.
b. Periksa protokol dan program terapi
yang digunakan, serta waktu pemberian obat sebelumnya.
c. Periksa nama pasien, dosis obat,
jenis obat, cara pemberian obat.
d. Periksa adanya inform concernt baik
dari penderita maupun keluarga.
e. Siapkan obat sitostatika.
f. Siapkan cairan NaCl 0,9 %, D5% atau
intralit.
g. Pengalas plastik, dengan kertas
absorbsi atau kain diatasnya.
h. Gaun lengan panjang, masker, topi,
kaca mata, sarung tangan, sepatu.
i. Spuit disposible 5cc, 10cc, 20 cc,
50 cc.
j. Infus set dan vena kateter kecil.
k. Alkohol 70 % dengan kapas steril.
l. Bak spuit besar.
m. Label obat.
n. Plastik tempat pembuangan bekas.
o. Kardex (catatan khusus).
2.
Cara
Kerja Pencampuran obat
Semua obat dicampur oleh staf
farmasi yang ahli dibagian farmasi dengan memakai alat “biosafety laminary
airflow” kemudian dikirim ke bangsal perawatan dalam tempat khusus
tertutup. Diterima oleh perawat dengan catatan nama pasien, jenis obat, dosis
obat dan jam pencampuran.
Bila tidak mempunyai biosafety laminary airflow maka,
pencampuran dilakukan diruangan khusus yang tertutup dengan cara :
a. Meja dialasi dengan pengalas plastik
diatasnya ada kertas penyerap atau kain.
b. Pakai gaun lengan panjang, topi,
masker, kaca mata, sepatu.
c. Ambil obat sitostatika sesuai
program, larutkan dengan NaCl 0,9%, D5% atau intralit.
d. Keluarkan udara yang masih berada
dalam spuit dengan menutupkan kapas atau kasa steril diujung jarum spuit.
e. Masukkan perlahan-lahan obat kedalam
flabot NaCl 0,9 % atau D5% dengan volume cairan yang telah ditentukan.
f. Jangan tumpah saat mencampur,
menyiapkan dan saat memasukkan obat kedalam flabot atau botol infus.
g. Buat label, nama pasien, jenis obat,
tanggal, jam pemberian serta akhir pemberian atau dengan syringe pump.
h. Masukkan kedalam kontainer yang
telah disediakan.
i. Masukkan sampah langsung ke kantong
plastik, ikat dan beri tanda atau jarum bekas dimasukkan ke dalam tempat khusus
untuk menghindari tusukan.
3.
Cara
Pemberian kemoterapi
a. Periksa pasien, jenis obat, dosis
obat, jenis cairan, volume cairan, cara pemberian, waktu pemberian dan akhir
pemberian.
b. Pakai proteksi : gaun lengan
panjang, topi, masker, kaca mata, sarung tangan dan sepatu.
c. Lakukan tehnik aseptik dan antiseptic.
d. Pasang pengalas plastik yang
dilapisi kertas absorbsi dibawah daerah tusukan infuse.
e. Berikan anti mual ½ jam sebelum
pemberian anti neoplastik (primperan, zofran, kitril secara intra vena).
f. Lakukan aspirasi dengan NaCl 0,9 %.
g. Beri obat kanker secara
perlahn-lahan (kalau perlu dengan syringe pump) sesuai program.
h. Bila selesai bilas kembali dengan
NaCl 0,9%
i. Semua alat yang sudah dipakai
dimasukkan kedalam kantong plastik dan diikat serta diberi etiket.
j. Buka gaun, topi, asker, kaca mata
kemudian rendam dengan deterjen. Bila disposible masukkkan dalam kantong
plasrtik kemudian diikat dan diberi etiket, kirim ke incinerator / bakaran.
k. Catat semua prosedur
Awasi keadaan umum pasien, monitor
tensi, nadi, RR tiap setengah jam dan awasi adanya tanda-tanda ekstravasasi
H. Efek Samping Kemoterapi
Efek
samping dapat muncul ketika sedang dilakukan pengobatan atau beberapa waktu
setelah pengobatan. Efek samping yang bisa timbul adalah:
1. Lemas
Efek samping yang umum timbul.
Timbulnya dapat mendadak atau perlahan. Tidak langsung menghilang dengan
istirahat, kadang berlangsung hingga akhir pengobatan.
2. Mual
dan Muntah
Ada beberapa obat kemoterapi yang
lebih membuat mual dan muntah. Selain itu ada beberapa orang yang sangat rentan
terhadap mual dan muntah.
3. Gangguan
Pencernaan
Beberapa jenis obat kemoterapi
berefek diare. Bahkan ada yang menjadi diare disertai dehidrasi berat yang
harus dirawat. Sembelit kadang bisa terjadi.
4. Sariawan
Beberapa obat kemoterapi
menimbulkan penyakit mulut seperti terasa tebal atau infeksi. Kondisi mulut
yang sehat sangat penting dalam kemoterapi.
5. Rambut
Rontok
Kerontokan rambut bersifat
sementara, biasanya terjadi dua atau tiga minggu setelah kemoterapi dimulai.
Dapat juga menyebabkan rambut patah di dekat kulit kepala. Dapat terjadi
setelah beberapa minggu terapi. Rambut dapat tumbuh lagi setelah kemoterapi selesai.
6. Otot
dan Saraf
Beberapa obat kemoterapi
menyebabkan kesemutan dan mati rasa pada jari tangan atau kaki serta kelemahan
pada otot kaki. Sebagian bisa terjadi sakit pada otot.
7. Efek
pada Darah
Beberapa jenis obat kemoterapi
dapat mempengaruhi kerja sumsum tulang yang merupakan pabrik pembuat sel darah,
sehingga jumlah sel darah menurun. Yang paling sering adalah penurunan sel
darah putih (leokosit). Penurunan sel darah terjadi pada setiap kemoterapi dan
tes darah akan dilaksanakan sebelum kemoterapi berikutnya untuk memastikan
jumlah sel darah telah kembali normal. Penurunan jumlah sel darah dapat
mengakibatkan:
a. Mudah
terkena infeksi
Hal ini disebabkan oleh Karena
jumlah leokosit turun, karena leokosit adalah sel darah yang berfungsi untuk
perlindungan terhadap infeksi. Ada beberapa obat yang bisa meningkatkan jumlah
leokosit.
b. Perdarahan
Keping darah (trombosit) berperan
pada proses pembekuan darah. Penurunan jumlah trombosit mengakibatkan
perdarahan sulit berhenti, lebam, bercak merah di kulit.
c. Anemia
Anemia adalah penurunan jumlah sel
darah merah yang ditandai oleh penurunan Hb (hemoglobin). Karena Hb letaknya di
dalam sel darah merah. Akibat anemia adalah seorang menjadi merasa lemah, mudah
lelah dan tampak pucat.
8. Kulit
dapat menjadi kering dan berubah warna
Lebih sensitive terhadap matahari.
Kuku tumbuh lebih lambat dan terdapat garis putih melintang.
Kuku tumbuh lebih lambat dan terdapat garis putih melintang.
Terima kasih informasinya sangat bermanfaat sekali , oya untuk referensi lain mungkin bisa juga baca2 disini http://www.tanyadok.com/kesehatan/jangan-takut-dengan-kemoterapi
BalasHapusini referensinya dari mana ya ?
BalasHapus