A. PENDAHULUAN
Saliva merupakan salah satu dari
cairan di rongga mulut yang diproduksi dan diekskresikan oleh kelenjar saliva
mayor dan minor dan dialirkan ke dalam rongga mulut melalui suatu saluran.
kelenjar air liur (saliva) mayor terdiri dari tiga pasang kelenjar besar yaitu Parotis, Submaksilaris, dan sublingualis.
Kelenjar
parotis merupakan kelenjar ludah terbesar yang terletak di anterior dari
aurikel telinga dimana posisinya antara kulit dan otot masseter. Duktus
kelenjar ini bermuara pada vestibulus oris pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi dihadapan molar 2 atas. Saluran keluar utama
disebut duktus stenon (stenson) terdiri dari epitel berlapis semu. Air liur
parotis merupakan cairan hipotonis yang sangat encer dengan konsentrasi zat
padat yang sangat rendah.
Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar yang
memproduksi air liur terbanyak dan mempunyai saluran keluar (duktus ekskretoris)
yaitu duktus Whartoni yang bermuara pada dasar rongga mulut pada frenulum
lidah, dibelakang gigi seri bawah. Seperti juga kelenjar parotis, kelenjar ini
terdiri dari jaringan ikat yang padat.
Air
liur submandibularis dapat kental maupun encer tergantung pada rangsangan
simpatis dan parasimpatis.
Kelenjar sublingual tereletak di bawah
selaput lendir dasar rongga mulut dan bermuara di dasar rongga mulut. Air liur
sublingualis mengandung banyak musin.
Ketiga kelenjar saliva tersebut
menhasilkan saliva setiap harinya sekitar 1 sampai 2.5 liter saliva.
Kelenjar air liur (saliva) minor dalam
mukosa mulut seperti labialis, lingualis, bukal dan palatal. Sekresi air liur
dari kelenjar ke dalam mulut dapat disebabkan oleh rangsangan lokal dalam mulut
atau oleh perangsangan pusat akibat rangsangan psikis atau somatik. Kontrol
sekresi saliva adalah sistem saraf otonom baik simpatis maupun
parasimpatis. Saraf simpatis berperan
dalam menghambat produksi saliva, sedangkan parasimpatis menstimulasi kelenjar saliva
untuk meningkatkan produksi. Di dalam rongga mulut bermuara tiga pasang
glandula, yaitu:
1. Glandula
parotis merupakan kelenjar ludah di dekat telinga, mengekresikan ludah yang
mengandung enzim ptyalin.
2. Glandula
submaksilaris merupakan kelenjar ludah di bawah rahang atas, mengekresikan
ludah yang mengandung air dan lendir.
3. Glandula
submandibularis merupakan kelenjar ludah di bawah lidah, mengekresikan ludah
yang mengandung air dan lendir.
Air
liur dalam rongga mulut berfungsi sebagai pelicin dan untuk membasahi makanan
saat dikunyah sehingga mudah di telan. Air liur juga merupakan tempat ekskresi
obat-obat tertentu seperti alkohol dan morfin.
Selain itu, saliva juga memiliki
beberapa fungsi penting di dalam rongga mulut, antara lain:
1. Melumasi
rongga mulut dan makanan.
2. Memudahkan
makanan untuk dikunyah oleh gigi dan dibentuk menjadi bolus.
3. Mempertahankan
bagian mulut dan lidah agar tetap lembab, sehingga memudahkan lidah bergerak
untuk berbicara.
4. Mengandung
ptyalin amylase, suatu enzim yang dapat mengubah polisakarida menjadi
disakarida.
5. Memberikan
rasa nyaman di mulut dan mencegah iritasi.
6. Mencegah
terbentuknya karies gigi dan bau mulut.
7. Sepeti
zat buangan seperti asam urat dan urea serta obat, virus, dan logam, disekresi
kedalam saliva.
8. Sebagai
zat anti bakteri dan anti body yang berfungsi untuk memberikan rongga oral dan
membantu memelihara kesehatan oral serta mencegah kerusakan gigi.
Air
liur juga mengandung air kira-kira 99.5%. Sekitar dua per tiga dari bahan
terlarut dalam air liur merupakan bahan organik dan sepertiganya adalah bahan
anorganik. Komponen anorganik air liur antara lain adalah Natrium, Kalium,
Kalsium, Magnesium, Fosfat, dan Bikarbonat. Sedangkan kandungan organik air
liur terutama terdiri atas musin dan enzim amylase. Bahan organik lain yang
juga terdapat dalam jumlah sedikit adalah Urea, Kolesterol, Hormon-hormon
seperti Testosteron dan Kortisol, dan lain-lain. Saliva juga mengandung
berbagai macam sel, seperti sel epitel mukosa mulut, leukosit dan bakteri.
pH
air liur berkisar antara 5,6 hingga 7,6. Biasanya pH air liur mendekati 6,8.
Pada saat makan, pH air liur meningkat dan setelah makan pH akan turun.
Air
liur yang berasal dari kelenjar parotis mengandung sejumlah besar enzim antara
lain amylase, lisozim, fosfatase asam, aldolase, dan kolinesterase.
Namun yang penting untuk proses
fosiologis tubuh adalah amylase dan lisozim.
Amylase
air liur disebut juga ptyalin. Amylase bekerja mengkatalisis pemecahan pati
menjadi deksterin (amilodekstrin, eritrodekstrin, dan akrodekstrin) dan maltose
dengan hidrolisis ikatan glikosidik alfa-(1,4) pati. Enzim ini tidak aktif pada
pH 4 atau lebih rendah sehingga pencernaan makanan oleh air liur terhenti
segera setelah makanan tersebut berada dalam suasana asam di lambung.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Menetapkan
pH air liur sewaktu.
C. DASAR
Pada
kisaran pH tertentu suatu indikator akan memberikan perubahan warna sesuai
dengan kadar H+ dalam larutan yang di periksa.
D. BAHAN PRAKTIKUM
1. Air
liur tanpa rangsangan lilin
2. Air
liur dengan rangsangan lilin
3. Lilin
4. Buah
mangga muda
5. Kertas
tissue
6. Kain
lap bersih
7. Sabun
cuci
E. ALAT PRAKTIKUM
1. Indikator
(pH) Universal
2. Tabung
reaksi
3. Handscuen
(sarung tanagn karet)
4. Pisau
5. Sikat
tabung
F. PROSEDUR KERJA PRAKTIKUM
1. Sebagian
kelompok mengambil sampel air liur dengan menggunakan rangsangan lilin dan
sebagian lagi tidak menggunakan rangsangan lilin, sampel yang dikeluarkan dari
mulut di tampung pada tabung reaksi yang sudah dibersihkan dan sudah
dikeringkan sekitar 2 cm.
2. Celupkan
kertas pH universal pada air liur hingga semua bagian kertas pH menjadi basah
oleh air liur.
3. Cocokkan
warna kertas pH universal yang telah dicelupkan dengan standar warna pH,
tentukan pH air liur.
4. Catat
pada tabel hasil percobaan kemudian bandingkan pH antara air liur yang
dikeluarkan dengan menggunakan rangsangan lilin dengan yang tidak ada
rangsangan lilin.
5. Buat
kesimpulan sementara.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perbedaan Antara Teori dan
Praktikum
Berdasarkan dari percobaan yang telah
saya lakukan, diperoleh hasil pH air liur rangsangan lilin adalah 6. Sedangkan
pH air liur tidak rangsangan lilin adalah 5,75. Walaupun hasil dari kedua
percobaan tersebut berbeda, namun hasil keduanya tergolong dalam normal
bersifat asam.
Mengapa
dikatakan pH normal bersifat asam ?
Karena berdasarkan teori, pH air liur berkisar antara 5,6 hingga 7,6 dan
biasanya pH mendekati 6,8.
Selain itu, dalam teori juga dikatakan
bahwa pH air liur akan meningkat pada saat makan dan pH akan turun setelah
makan. Untuk membuktikan teori tersebut, praktikan melakukan percobaan untuk
menetapkan pH air dengan menggunakan
rangsangan lilin. Pada saat praktik, praktikan mengunyah lilin untuk merangsang
sekresi air liur. Pada saat mengunyah lilin di dalam rongga mulut terjadi
rangsangan local yang membantu sekresi air liur. Pada saat mengunyah lilin,
sekresi air liur lebih banyak karena pada saat mengunyah air lur berfungsi
untuk melumasi rongga mulut dan makana serta memudahkan makanan untuk di kunyah
oleh gigi. Sehingga berdasarkan praktik yang dilakukan pH air liur tidak
meningkat, karena pH air liur hanya meningkat pada saat makanan b
erada di dalam
rongga mulut saja.
Air
liur juga bisa di sekresi tanpa mengunyah makanan. Pada percobaan yang saya
lakukan, yaitu dengan menetepkan pH air liur tanpa rangsangan lilin, saya
menggunkan mangga muda untuk sebagai bahan untuk mengekresikan air liur dengan
cara melihat orang yang mengupas mangga muda.
Pada
percobaan tersebut air liur dapat disekresi karena adanya perangsangan pusat
akibat rangsangan psikis. Rangsangan psikis dapat terjadi dengan hanya melihat,
mencuim dan membanyangkan makanan sehingga akan di terima oleh reseptor di
korteks serebri dan selanjutnya melalui nervus vagus akan menstimulasi
pembentukan asetilkolin di akson terminal saraf
parasimpatis pada sel parietal lambung, dan selanjutnya asetilkolin
inilah yang di duga merangsang parietal sel dan chief sel untuk menghasilkan
HCL dan pepsinogen atau bisa disebut juga
rangsang psikis yang berhubungan dengan kejiwaan atau hanya rasa
keinginan untuk memakan, sehingga membantu proses sekresi air liur dan pH yang
di dapatkan bersifat asam.
B. pH Air Liur Rangsangan Lilin dan pH
air Liur Tidak Rangsangan Lilin
Pada pratikum yang dilakukan hasil pH
antara air liur rangsangan lilin dan air liur tidak rangsangan lilin berbeda.
Walaupun berbeda hasil dari kedua percobaan tersebut bersifat asam.
Pada saat percobaan, digunakan dua
cara untuk mengekresikan air liur yaitu dengan rangsangan lilin dengan cara
mengunyah lilin dan tidak rangsangan lilin dengan cara melihat orang mengupas
mangga muda.
Pada saat
mengunyah lilin, air liur disekresi di dalam rongga mulut karena terdapat
rangsangan local. Sekresi air liur ini dipengaruhi oleh saraf parasimpatis yang
menstimulasi kelenjar saliva untuk meningkatkan produksi, sehingga dapat
membasahi makanan pada saat makan. Namun pH air liur yang dihasilkan tidak
meningkat karena rangsangan yang terjadi hanya berada di dalam rongga mulut
saja dan tidak diteruskan ke dalam saluran pencernaan sehingga tidak adanya
penekanan pada lambung untuk meningkatkan sekresi asam lambung. Meskipun hasil
akhir pHnya bersifat asam.
Berbeda dengan percobaan yang tidak
menggunakan rangsangan lilin. Hasil pH air liur yang didapatkan lebih asam.
Karena pada saat melihat orang mengupas mangga terjadi rangsangan psikis yang
membuat seseorang seolah-olah ingin merasakan atau memakan mangga muda
tersebut. Selain itu, pada saat melihat orang mengupas mangga muda tubuh kita
bekerja secara refleks karena adanya rangsangan sensori untuk menekan sekresi
asam lambung sehinggga meningkatkan pH air liur.
Hasilnya pH air
liur tidak rangsangan lilin lebih asam daripada pH air liur rangsangan lilin.
C. pH Air Liur Rata-Rata Kelas
Kelompok
|
pH Air Liur Rangsangan Lilin
|
pH
Air Liur Tidak Rangsangan Lilin
|
1
|
6.7
|
6.7
|
2
|
7.5
|
7
|
3
|
7.5
|
6
|
4
|
6
|
6.5
|
5
|
5
|
7
|
6
|
5
|
7
|
7
|
6
|
5.75
|
8
|
6.5
|
8
|
9
|
6.5
|
4.5
|
10
|
4.5
|
5.5
|
Jumlah
|
61.20
|
63.95
|
Ø Rata-rata
kelas pada percobaan pH air liur rangsangan lilin
Rata-rata = Jumlah keseluruhan pH praktikum / jumlah
kelompok praktikum
= 61.20 / 10
= 6.12
Ø Rata-rata
kelas pada percobaan pH air liur tidak rangsangan lilin
Rata-rata = Jumlah keseluruhan pH praktikum / jumlah
kelompok praktikum
= 63.95 / 10
= 6.39
Berdasarkan hasil percobaan pH air
liur rata-rata kelas di dapatkan hasil pH air liur berkisar antara 5.6 sampai
7.6. pH air liur dapat dikatakan normal tapi besifat asam. Dari hasil percobaan
dengan teori memang benar bahwa pada saat makan pH air liur akan meningkat dan
akan menurun setalah makan. Rangsangan yang ada dalam mulut hanya menaikan pH
pada saat mengunyah lilin saja, sedangkan ketika air liur rangsangan lilin
dikeluarkan dari mulut maka pH air liur akan menurun. Berbeda dengan percobaan
pH air tidak rangsangan lilin, pada saat orang melihat orang lain mengupas
mangga maka akan terjadi rangsangan psikis yang seakan-akan kita menginginkan
atau merasakan buah mangga tersebut, sehingga pH yang dihasilkan meningkan dan
lebih bersifat asam.
BAB III
KESIMPULAN
Saliva merupakan salah satu dari
cairan di rongga mulut yang diproduksi dan diekskresikan oleh kelenjar saliva
dan dialirkan ke dalam rongga mulut melalui suatu saluran. Air liur (saliva)
disekresi oleh tiga pasang kelenjar besar yaitu kelenjar parotis, submaksilari,
dan sublingualis.
Berdasarkan
percobaan yang dilakukan, baik dalam menetukan pH air liur rangsangan lilin dan
tidak rangsangan lilin keduanya memiliki hasil yang normal namun bersifat asam.
Hal ini disebabkan karena adanya rangsangan local dan rangsangan psikis yang
dapat mempengaruhi pH dari air liur.
DAFTAR PUSTAKA
http:/repository.USU.ac.id/bitstream/123456789/20097/3/chapter
III.pdf
http:/vechaa.blogspot.com/laporan-paraktikum-saliva.html?m=1
Ns.Tarwoto,S.Kep, dkk. 2009. Anatomi dan
Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Trans Invo Media. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar