Selasa, 20 November 2012

PRAKTIKUM CAIRAN TUBUH PENETAPAN pH AIR LIUR


A.      PENDAHULUAN
          Saliva merupakan salah satu dari cairan di rongga mulut yang diproduksi dan diekskresikan oleh kelenjar saliva mayor dan minor dan dialirkan ke dalam rongga mulut melalui suatu saluran. kelenjar air liur (saliva) mayor terdiri dari tiga pasang kelenjar besar yaitu Parotis, Submaksilaris, dan sublingualis.
          Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar yang terletak di anterior dari aurikel telinga dimana posisinya antara kulit dan otot masseter. Duktus kelenjar ini bermuara pada vestibulus oris pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi dihadapan molar 2 atas. Saluran keluar utama disebut duktus stenon (stenson) terdiri dari epitel berlapis semu. Air liur parotis merupakan cairan hipotonis yang sangat encer dengan konsentrasi zat padat yang sangat rendah.
          Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar yang memproduksi air liur terbanyak dan mempunyai saluran keluar (duktus ekskretoris) yaitu duktus Whartoni yang bermuara pada dasar rongga mulut pada frenulum lidah, dibelakang gigi seri bawah. Seperti juga kelenjar parotis, kelenjar ini terdiri dari jaringan ikat yang padat.
Air liur submandibularis dapat kental maupun encer tergantung pada rangsangan simpatis dan parasimpatis.
          Kelenjar sublingual tereletak di bawah selaput lendir dasar rongga mulut dan bermuara di dasar rongga mulut. Air liur sublingualis mengandung banyak musin.
          Ketiga kelenjar saliva tersebut menhasilkan saliva setiap harinya sekitar 1 sampai 2.5 liter saliva.
          Kelenjar air liur (saliva) minor dalam mukosa mulut seperti labialis, lingualis, bukal dan palatal. Sekresi air liur dari kelenjar ke dalam mulut dapat disebabkan oleh rangsangan lokal dalam mulut atau oleh perangsangan pusat akibat rangsangan psikis atau somatik. Kontrol sekresi saliva adalah sistem saraf otonom baik simpatis maupun parasimpatis.  Saraf simpatis berperan dalam menghambat produksi saliva, sedangkan parasimpatis menstimulasi kelenjar saliva untuk meningkatkan produksi. Di dalam rongga mulut bermuara tiga pasang glandula, yaitu:
1.      Glandula parotis merupakan kelenjar ludah di dekat telinga, mengekresikan ludah yang mengandung enzim ptyalin.
2.      Glandula submaksilaris merupakan kelenjar ludah di bawah rahang atas, mengekresikan ludah yang mengandung air dan lendir.
3.      Glandula submandibularis merupakan kelenjar ludah di bawah lidah, mengekresikan ludah yang mengandung air dan lendir.

          Air liur dalam rongga mulut berfungsi sebagai pelicin dan untuk membasahi makanan saat dikunyah sehingga mudah di telan. Air liur juga merupakan tempat ekskresi obat-obat tertentu seperti alkohol dan morfin.
Selain itu, saliva juga memiliki beberapa fungsi penting di dalam rongga mulut, antara lain:
1.      Melumasi rongga mulut dan makanan.
2.      Memudahkan makanan untuk dikunyah oleh gigi dan dibentuk menjadi bolus.
3.      Mempertahankan bagian mulut dan lidah agar tetap lembab, sehingga memudahkan lidah bergerak untuk berbicara.
4.      Mengandung ptyalin amylase, suatu enzim yang dapat mengubah polisakarida menjadi disakarida.
5.      Memberikan rasa nyaman di mulut dan mencegah iritasi.
6.      Mencegah terbentuknya karies gigi dan bau mulut.
7.      Sepeti zat buangan seperti asam urat dan urea serta obat, virus, dan logam, disekresi kedalam saliva.
8.      Sebagai zat anti bakteri dan anti body yang berfungsi untuk memberikan rongga oral dan membantu memelihara kesehatan oral serta mencegah kerusakan gigi.

          Air liur juga mengandung air kira-kira 99.5%. Sekitar dua per tiga dari bahan terlarut dalam air liur merupakan bahan organik dan sepertiganya adalah bahan anorganik. Komponen anorganik air liur antara lain adalah Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium, Fosfat, dan Bikarbonat. Sedangkan kandungan organik air liur terutama terdiri atas musin dan enzim amylase. Bahan organik lain yang juga terdapat dalam jumlah sedikit adalah Urea, Kolesterol, Hormon-hormon seperti Testosteron dan Kortisol, dan lain-lain. Saliva juga mengandung berbagai macam sel, seperti sel epitel mukosa mulut, leukosit dan bakteri.
          pH air liur berkisar antara 5,6 hingga 7,6. Biasanya pH air liur mendekati 6,8. Pada saat makan, pH air liur meningkat dan setelah makan pH akan turun.
          Air liur yang berasal dari kelenjar parotis mengandung sejumlah besar enzim antara lain amylase, lisozim, fosfatase asam, aldolase, dan kolinesterase.
Namun yang penting untuk proses fosiologis tubuh adalah amylase dan lisozim.
          Amylase air liur disebut juga ptyalin. Amylase bekerja mengkatalisis pemecahan pati menjadi deksterin (amilodekstrin, eritrodekstrin, dan akrodekstrin) dan maltose dengan hidrolisis ikatan glikosidik alfa-(1,4) pati. Enzim ini tidak aktif pada pH 4 atau lebih rendah sehingga pencernaan makanan oleh air liur terhenti segera setelah makanan tersebut berada dalam suasana asam di lambung.

B.       TUJUAN PRAKTIKUM
Menetapkan pH air liur sewaktu.

C.      DASAR
Pada kisaran pH tertentu suatu indikator akan memberikan perubahan warna sesuai dengan kadar H+ dalam larutan yang di periksa.

D.      BAHAN PRAKTIKUM
1.      Air liur tanpa rangsangan lilin
2.      Air liur dengan rangsangan lilin
3.      Lilin
4.      Buah mangga muda
5.      Kertas tissue
6.      Kain lap bersih
7.      Sabun cuci



E.       ALAT PRAKTIKUM
1.      Indikator (pH) Universal
2.      Tabung reaksi
3.      Handscuen (sarung tanagn karet)
4.      Pisau
5.      Sikat tabung

F.       PROSEDUR KERJA PRAKTIKUM
1.      Sebagian kelompok mengambil sampel air liur dengan menggunakan rangsangan lilin dan sebagian lagi tidak menggunakan rangsangan lilin, sampel yang dikeluarkan dari mulut di tampung pada tabung reaksi yang sudah dibersihkan dan sudah dikeringkan sekitar 2 cm.
2.      Celupkan kertas pH universal pada air liur hingga semua bagian kertas pH menjadi basah oleh air liur.
3.      Cocokkan warna kertas pH universal yang telah dicelupkan dengan standar warna pH, tentukan pH air liur.
4.      Catat pada tabel hasil percobaan kemudian bandingkan pH antara air liur yang dikeluarkan dengan menggunakan rangsangan lilin dengan yang tidak ada rangsangan lilin.
5.      Buat kesimpulan sementara.












BAB II
PEMBAHASAN

A.      Perbedaan Antara Teori dan Praktikum
          Berdasarkan dari percobaan yang telah saya lakukan, diperoleh hasil pH air liur rangsangan lilin adalah 6. Sedangkan pH air liur tidak rangsangan lilin adalah 5,75. Walaupun hasil dari kedua percobaan tersebut berbeda, namun hasil keduanya tergolong dalam normal bersifat asam.
Mengapa dikatakan pH normal bersifat asam ?  Karena berdasarkan teori, pH air liur berkisar antara 5,6 hingga 7,6 dan biasanya pH mendekati 6,8.
          Selain itu, dalam teori juga dikatakan bahwa pH air liur akan meningkat pada saat makan dan pH akan turun setelah makan. Untuk membuktikan teori tersebut, praktikan melakukan percobaan untuk menetapkan pH air  dengan menggunakan rangsangan lilin. Pada saat praktik, praktikan mengunyah lilin untuk merangsang sekresi air liur. Pada saat mengunyah lilin di dalam rongga mulut terjadi rangsangan local yang membantu sekresi air liur. Pada saat mengunyah lilin, sekresi air liur lebih banyak karena pada saat mengunyah air lur berfungsi untuk melumasi rongga mulut dan makana serta memudahkan makanan untuk di kunyah oleh gigi. Sehingga berdasarkan praktik yang dilakukan pH air liur tidak meningkat, karena pH air liur hanya meningkat pada saat makanan b
erada di dalam rongga mulut saja.
          Air liur juga bisa di sekresi tanpa mengunyah makanan. Pada percobaan yang saya lakukan, yaitu dengan menetepkan pH air liur tanpa rangsangan lilin, saya menggunkan mangga muda untuk sebagai bahan untuk mengekresikan air liur dengan cara melihat orang yang mengupas mangga muda.
          Pada percobaan tersebut air liur dapat disekresi karena adanya perangsangan pusat akibat rangsangan psikis. Rangsangan psikis dapat terjadi dengan hanya melihat, mencuim dan membanyangkan makanan sehingga akan di terima oleh reseptor di korteks serebri dan selanjutnya melalui nervus vagus akan menstimulasi pembentukan asetilkolin di akson terminal saraf  parasimpatis pada sel parietal lambung, dan selanjutnya asetilkolin inilah yang di duga merangsang parietal sel dan chief sel untuk menghasilkan HCL dan pepsinogen atau bisa disebut juga  rangsang psikis yang berhubungan dengan kejiwaan atau hanya rasa keinginan untuk memakan, sehingga membantu proses sekresi air liur dan pH yang di dapatkan bersifat asam.


B.       pH Air Liur Rangsangan Lilin dan pH air Liur Tidak Rangsangan Lilin
          Pada pratikum yang dilakukan hasil pH antara air liur rangsangan lilin dan air liur tidak rangsangan lilin berbeda. Walaupun berbeda hasil dari kedua percobaan tersebut bersifat asam.
          Pada saat percobaan, digunakan dua cara untuk mengekresikan air liur yaitu dengan rangsangan lilin dengan cara mengunyah lilin dan tidak rangsangan lilin dengan cara melihat orang mengupas mangga muda.
Pada saat mengunyah lilin, air liur disekresi di dalam rongga mulut karena terdapat rangsangan local. Sekresi air liur ini dipengaruhi oleh saraf parasimpatis yang menstimulasi kelenjar saliva untuk meningkatkan produksi, sehingga dapat membasahi makanan pada saat makan. Namun pH air liur yang dihasilkan tidak meningkat karena rangsangan yang terjadi hanya berada di dalam rongga mulut saja dan tidak diteruskan ke dalam saluran pencernaan sehingga tidak adanya penekanan pada lambung untuk meningkatkan sekresi asam lambung. Meskipun hasil akhir pHnya bersifat asam.
          Berbeda dengan percobaan yang tidak menggunakan rangsangan lilin. Hasil pH air liur yang didapatkan lebih asam. Karena pada saat melihat orang mengupas mangga terjadi rangsangan psikis yang membuat seseorang seolah-olah ingin merasakan atau memakan mangga muda tersebut. Selain itu, pada saat melihat orang mengupas mangga muda tubuh kita bekerja secara refleks karena adanya rangsangan sensori untuk menekan sekresi asam lambung sehinggga meningkatkan pH air liur.
Hasilnya pH air liur tidak rangsangan lilin lebih asam daripada pH air liur rangsangan lilin.






C.      pH Air Liur Rata-Rata Kelas
Kelompok
pH Air Liur Rangsangan Lilin
pH Air Liur Tidak Rangsangan Lilin
1
6.7
6.7
2
7.5
7
3
7.5
6
4
6
6.5
5
5
7
6
5
7
7
6
5.75
8
6.5
8
9
6.5
4.5
10
4.5
5.5
Jumlah
61.20
63.95


Ø  Rata-rata kelas pada percobaan pH air liur rangsangan lilin
Rata-rata  = Jumlah keseluruhan pH praktikum / jumlah kelompok praktikum
                 = 61.20 / 10
                 = 6.12

Ø  Rata-rata kelas pada percobaan pH air liur tidak rangsangan lilin
Rata-rata  = Jumlah keseluruhan pH praktikum / jumlah kelompok praktikum
                 = 63.95 / 10
                 = 6.39


          Berdasarkan hasil percobaan pH air liur rata-rata kelas di dapatkan hasil pH air liur berkisar antara 5.6 sampai 7.6. pH air liur dapat dikatakan normal tapi besifat asam. Dari hasil percobaan dengan teori memang benar bahwa pada saat makan pH air liur akan meningkat dan akan menurun setalah makan. Rangsangan yang ada dalam mulut hanya menaikan pH pada saat mengunyah lilin saja, sedangkan ketika air liur rangsangan lilin dikeluarkan dari mulut maka pH air liur akan menurun. Berbeda dengan percobaan pH air tidak rangsangan lilin, pada saat orang melihat orang lain mengupas mangga maka akan terjadi rangsangan psikis yang seakan-akan kita menginginkan atau merasakan buah mangga tersebut, sehingga pH yang dihasilkan meningkan dan lebih bersifat asam.




























BAB III
KESIMPULAN

          Saliva merupakan salah satu dari cairan di rongga mulut yang diproduksi dan diekskresikan oleh kelenjar saliva dan dialirkan ke dalam rongga mulut melalui suatu saluran. Air liur (saliva) disekresi oleh tiga pasang kelenjar besar yaitu kelenjar parotis, submaksilari, dan sublingualis.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, baik dalam menetukan pH air liur rangsangan lilin dan tidak rangsangan lilin keduanya memiliki hasil yang normal namun bersifat asam. Hal ini disebabkan karena adanya rangsangan local dan rangsangan psikis yang dapat mempengaruhi pH dari air liur.





















DAFTAR PUSTAKA

*        http:/repository.USU.ac.id/bitstream/123456789/20097/3/chapter III.pdf
*        http:/vechaa.blogspot.com/laporan-paraktikum-saliva.html?m=1
*        Ns.Tarwoto,S.Kep, dkk. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Trans Invo Media. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar